Sosiologi, Sejarah, Budaya, Politik dan Kebangsaan

Sunday, April 12, 2020

Netizen Julid


Era semua masyarakat terhubug atau sering di sebut dengan era globalisasi. Di era globalisasi hari ini arus informasi sangat mudah di dapatkan, melalui smartphone yang kita miliki segala jenis informasi dapat kita peroleh dari informasi yang kredibel, kurang dapat di percaya atau bahkan informasi yang tidak dapat dipercaya sekalipun (hoax).
                Kebebasan informasi yang dibarengi dengan kebebasan untuk berpendapat, jika tidak diawasi dan diatur akan membawa dampak yang merugikan. Di era digital hampir semua orang bisa bependapat sesuka hatinya. Melalui fitur komentar yang disediakan baik itu media sosial ataupun website masyarakat sering mengemukakan pemikiranya yang kadang membagun seperti kritik dan saran atau hanya untuk meluapkan unek-unek dan mencemooh karena merasa tidak senang. Masyarakat pengguna media sosial yang sering meluapkan uneg-uneg dan menceomoh sering disebut sebagai Netizen Julid.
                Ketika membaca kolom komentar baik media sosial atau situs berita kita sering menemui para netizen yang termasuk dalam kategori Julid. Contohnya saya “ah banyak bicara, hanya bisa mengkritik saja, gak ada kerjanya, kalau hanya ngomong semua orang juga bisa”. Komentar-komentar seperti itu pasti sering kita temui di jejaring online.
Jangan salah, kritik dalam bentuk verbal (bicara) merupakan bentuk kerja. Jika masih tidak percaya bahwa hanya dengan bicara bisa membawa perubahan besar mari kita belajar dari ahlinya bicara. Beliau adalah seorang orator yang handal, namanya adalah Soekarno. Beliau merupakan Presiden Pertama Indonesia dan merupakan Bapak Proklamator.
Beliau bukan ahli perang, jika di suruh kemendan perang mungkin beliau akan langsung kalah, karena itu bukan keahlinaya. Beliau adalah seorang orator dengan hanya bicara beliau dapat memberikan pengaruh yang besar bagi rakyat Indonesia untuk bersatu menegakkan kemerdekaan.
Siapa yang tidak tergerak hatinya dan bersemangat ketika mendengar orasi yang dibawakan oleh Presiden Soekarno, Semua rakyat Indonesia mengetahui itu. Bahkan dunia memberi hormat kepada beliau, bukan karena beliau ahli dalam merancang senjata atau strategi perang namun beliau ahlli daran retrorika bahasa.
Jika masih tidak yakin bahwa bicara dapat membawa pengaruh besar, ada contoh lagi. Apakah kalian berpikir bahwa Indonesia merdeka hanya dengan Perang Grilya di bawah pimpinan Jendrala Besar Seoderman. Jika kalian masih berpikir demikian maka bisa dikatakan kalian tidur ketika pelajaran sejarah berlangsung.
Indonesia memperoleh kemerdekaan bukanya hanya dengan perang, kalau hanya dengan perang jelas kita kalah teknologi dengan Belanda dan Sekutunya yang notabenya adalah Negara pemenang perang dunia kedua. Bangsa Indonesia merdeka karena diplomasi-diplomasi yang dilakukan oleh para pendiri bangsa, seperti perundingan Lingarjati, perundingan Roem royen, Konfrensi Meja Bundar.
Jelaslah kalian tau bahwa perundingan adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh dua kubu yang memiliki kepentingan, dalam perundingan jelaslah mereka melakukan dialog dengan bicara bukan dengan senjata (kalau dengan senjata namanya perang bukan dilaok). Sekalipun terkadang perundingan membawa pil pahit bagi kedaulatan Bangsa Indoensia, namun pada akhrinya perundingan tersebut membawa kemerdekaan yang utuh Bagi Bangsa Indonesia. Banyak lagi contoh-contoh yang ada mengenai betapa besarnya pengaruh bicara dalam dunia ini.
Maka berhentilah menjadi Netizen Julid yang hanya menghakimi saja. Bicara merupakan sarana yang sangat efisien dalam mengkritik ataupun memberikan saran. Setiap orang memiliki kapasitasnya masing-masing, jika seorang hanya mampu memberikan kritik dan saran dari bicara maka sebagai sesama warga Negara kita harus memberikan apresiasi.

No comments:

Post a Comment