Indonesia merupakan salah satu
Negara di Dunia yang memiliki keanekaragamaan bahasa. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan (Kemendikbud)
memetakan sejak 1991 sampai 2017 bahasa Daerah (didalamnya tidak termasuk
dialek dan subdialek) di Indonesia yang telah berhasil diidentifikasi dan
divalidasi terdapat 668 Bahasa dari 2.468 daerah.
Jumlah
tersebut masih akan terus bertambah mengingat banyak daerah (terutama bagian
timur Indonesia) yang belum diidentifikasi dan divalidasi bahasa daerahnya. Jika
diakumulasikan persebaran bahasa daerah disetiap provinsi, terdapat 733. Sekalipun
banyak daerah yang belum diidentifikasi bahasa daerahnya, pada faktanya bahasa
daerah yang telah diindentifikasi terdapat penurunan penutur bahasa tersebut. Bisa
dikatakan beberapa bahasa daerah yang telah di identifikasi mengalami
kepunahan.
Fakta
mengatakan pada 2018 sebanyak 11 bahasa daerah di Indonesia mengalami kepunahan.
Selain itu, terdapat 4 bahasa daerah
yang mengalami kritis dan dua bahasa yang mengalami kemunduran dalam
penggunaanya. Beberapa bahasa yang telah punah berasal dari Maluku dan Papua,
sementara bahasa daerah yang mengalami kritis berasal dari NTT, Papua dan
Maluku.
Kupunahan
bahasa daerah di Indonesia terjadi karena berbagai macam sebab, diantaranya :
- Penurunan
jumlah penutur, adapun berkurangnya jumlah penutur bisa disebabkan oleh
masyarakat/ kelompok penuturnya telah meninggal dan generasi berikutnya
lebih memilih bahasa lain untuk berkomunikasi dalam keseharianya. Bisa juga
dikarenakan bahasa daerah tersebut dianggap ketinggalan jaman dan tidak
perlu di pelajari lagi
- Terjadinya
perang. Perang dengan skala besar dapat menghilagkan nyawa manusia di satu
tempat dalam waktu singkat. Hal ini otomatis akan menghilangkan suatu
bahasa karena penuturnya mati dalam perang
- Bencana
alam yang besar. Bencana dengan sekala besar menjadi faktor bahasa dapat
mengalami kepunahan dikarenakan sebuah wilayah yang mengalami bencana akan
di tinggalkan, masyarakat yang berpindah akan membentuk budaya dan bahasa
baru di wilayah tersebut. Katakanlah masyarakat kerajaan Mataram Kuno di
Jawa Tengah ketika terjadi letusan Gunung Merapi melakukan perpindahan ke
Jawa Timur dan membentuk Kerajaan baru, inilah yang menjadi cikal bakal
pebedaan dialek antra Jawa Tengah dan Jawa Timur.
- percampuran
antar suku dalam pernikahan. Pernikahan yang terjadi antar dua suku yang
berbeda akan mempengaruhi anaknya dalam menguasai bahasa daerah. Kita ambil
contoh pernikahan antara suku Jawa dengan suku Sunda. Jika sang anak di
besarkan di Sunda otomatis dia akan lebih menguasai bahasa Sunda di
Bandingkan dengan bahasa Jawa. Hal ini berlaku sebaliknya jika sang anak
di besarkan di Jawa otomatis dia akan lebih menguasi bahasa Jawa karena
lingkunganya Jawa dan akan sedikit mahir dalam bahasa sunda
- sikap
bahasa penutur dan letak geografis. Sikap bahasa penutur yang acuh terhadap
mewariskan bahasa kepada generasi berikutnya menjadi peluang yang besar
akan punahnya suatu bahasa. Ketika masyarakat penuturnya sangat mencintai
budaya dan bahasaya akan sangat kecil peluang bahasa itu hilang. Letak geografis
juga sangat berpengaruh, sebut saja jika sebuah wilayah berdekatan dengan
wilayah lain dan masing-masing wilayah memiliki bahasa yang berbeda-beda. Wilayah
dengan dominasi yang kuat akan menancapkan hegemoninya dan mempengaruhi
wilayah lain, sehingga wilayah lain yang kalah dominasi akan kalah dan
terpengaruh oleh wilayah yang lebih kuat. Sehingga mau tidak mau wilayah
yang kalah dominasi akan mengikuti budaya wilayah yang kuat tersebut
termasuk dalam penggunaan bahasa.
Di Indonesia
kita tahu bahwa bahasa Daerah masuk dalam kurikulum nasional. Jenjang pendidikan
formal dari tingkat sekolah dasar sampai menegah mata pelajaran basaha daerah
adalah wajib, sedangkan di tingkat Sekolah Menengah Atas bahasa Daerah menjadi
mata pelajaran muatan loka. Artinya bahasa daerah bersifat tidak wajib
tergantung kebijakan sekolah tersebut apakah memasukan bahasa daerah kedalam
kurikulum sebagai mata pelajaran atau tidak.
Sekalipun bahasa
daerah diajarkan di Sekolah Formal tidak membuat bahasa daerah mampu bertahan
sebagai bahasa utama atau sekunder. Nyatanya bahasa daerah hanya di ajarkan
namun tidak di implementasikan dengan kesungguhan. Kurangnya kesadaran
masyarakt penutur akan jiwa suatu bahsa. Sehingga hal inilah yang memicu
semakin menurunya jumlah penutur bahasa daerah di Indonesia
Selain
itu kurangnya regulasi baik dari Pemerintah Pusat dan Daerah untuk menjaga
bahasa daerah membuat bahasa daerah menglami kemunduran dan kepunahan. Bahasa daerah
harus dilindungi dan dituturkan kepada generasi berikutnya. Jika bahasa daerah
yang merupakan identitas hilang maka bisa dikatakan kematian kekayaan batin
bagi kelompok etnis pemilik dan pengguna bahasa tersebut.
Daftar pustaka
https://regional.kompas.com/read/2018/02/10/18293411/11-bahasa-daerah-di-indonesia-dinyatakan-punah-apa-saja
No comments:
Post a Comment