Sosiologi, Sejarah, Budaya, Politik dan Kebangsaan

Thursday, April 9, 2020

Hilangnya Bahasa-bahasa Di Indonesia

Indonesia merupakan salah satu Negara di Dunia yang memiliki keanekaragamaan bahasa. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan (Kemendikbud) memetakan sejak 1991 sampai 2017 bahasa Daerah (didalamnya tidak termasuk dialek dan subdialek) di Indonesia yang telah berhasil diidentifikasi dan divalidasi terdapat 668 Bahasa dari 2.468 daerah.
                Jumlah tersebut masih akan terus bertambah mengingat banyak daerah (terutama bagian timur Indonesia) yang belum diidentifikasi dan divalidasi bahasa daerahnya. Jika diakumulasikan persebaran bahasa daerah disetiap provinsi, terdapat 733. Sekalipun banyak daerah yang belum diidentifikasi bahasa daerahnya, pada faktanya bahasa daerah yang telah diindentifikasi terdapat penurunan penutur bahasa tersebut. Bisa dikatakan beberapa bahasa daerah yang telah di identifikasi mengalami kepunahan.
                Fakta mengatakan pada 2018 sebanyak 11 bahasa daerah di Indonesia mengalami kepunahan.  Selain itu, terdapat 4 bahasa daerah yang mengalami kritis dan dua bahasa yang mengalami kemunduran dalam penggunaanya. Beberapa bahasa yang telah punah berasal dari Maluku dan Papua, sementara bahasa daerah yang mengalami kritis berasal dari NTT, Papua dan Maluku.
                Kupunahan bahasa daerah di Indonesia terjadi karena berbagai macam sebab, diantaranya :
  1. Penurunan jumlah penutur, adapun berkurangnya jumlah penutur bisa disebabkan oleh masyarakat/ kelompok penuturnya telah meninggal dan generasi berikutnya lebih memilih bahasa lain untuk berkomunikasi dalam keseharianya. Bisa juga dikarenakan bahasa daerah tersebut dianggap ketinggalan jaman dan tidak perlu di pelajari lagi
  2. Terjadinya perang. Perang dengan skala besar dapat menghilagkan nyawa manusia di satu tempat dalam waktu singkat. Hal ini otomatis akan menghilangkan suatu bahasa karena penuturnya mati dalam perang
  3. Bencana alam yang besar. Bencana dengan sekala besar menjadi faktor bahasa dapat mengalami kepunahan dikarenakan sebuah wilayah yang mengalami bencana akan di tinggalkan, masyarakat yang berpindah akan membentuk budaya dan bahasa baru di wilayah tersebut. Katakanlah masyarakat kerajaan Mataram Kuno di Jawa Tengah ketika terjadi letusan Gunung Merapi melakukan perpindahan ke Jawa Timur dan membentuk Kerajaan baru, inilah yang menjadi cikal bakal pebedaan dialek antra Jawa Tengah dan Jawa Timur.
  4. percampuran antar suku dalam pernikahan. Pernikahan yang terjadi antar dua suku yang berbeda akan mempengaruhi anaknya dalam menguasai bahasa daerah. Kita ambil contoh pernikahan antara suku Jawa dengan suku Sunda. Jika sang anak di besarkan di Sunda otomatis dia akan lebih menguasai bahasa Sunda di Bandingkan dengan bahasa Jawa. Hal ini berlaku sebaliknya jika sang anak di besarkan di Jawa otomatis dia akan lebih menguasi bahasa Jawa karena lingkunganya Jawa dan akan sedikit mahir dalam bahasa sunda
  5. sikap bahasa penutur dan letak geografis. Sikap bahasa penutur yang acuh terhadap mewariskan bahasa kepada generasi berikutnya menjadi peluang yang besar akan punahnya suatu bahasa. Ketika masyarakat penuturnya sangat mencintai budaya dan bahasaya akan sangat kecil peluang bahasa itu hilang. Letak geografis juga sangat berpengaruh, sebut saja jika sebuah wilayah berdekatan dengan wilayah lain dan masing-masing wilayah memiliki bahasa yang berbeda-beda. Wilayah dengan dominasi yang kuat akan menancapkan hegemoninya dan mempengaruhi wilayah lain, sehingga wilayah lain yang kalah dominasi akan kalah dan terpengaruh oleh wilayah yang lebih kuat. Sehingga mau tidak mau wilayah yang kalah dominasi akan mengikuti budaya wilayah yang kuat tersebut termasuk dalam penggunaan bahasa.
Di Indonesia kita tahu bahwa bahasa Daerah masuk dalam kurikulum nasional. Jenjang pendidikan formal dari tingkat sekolah dasar sampai menegah mata pelajaran basaha daerah adalah wajib, sedangkan di tingkat Sekolah Menengah Atas bahasa Daerah menjadi mata pelajaran muatan loka. Artinya bahasa daerah bersifat tidak wajib tergantung kebijakan sekolah tersebut apakah memasukan bahasa daerah kedalam kurikulum sebagai mata pelajaran atau tidak.
Sekalipun bahasa daerah diajarkan di Sekolah Formal tidak membuat bahasa daerah mampu bertahan sebagai bahasa utama atau sekunder. Nyatanya bahasa daerah hanya di ajarkan namun tidak di implementasikan dengan kesungguhan. Kurangnya kesadaran masyarakt penutur akan jiwa suatu bahsa. Sehingga hal inilah yang memicu semakin menurunya jumlah penutur bahasa daerah di Indonesia
                Selain itu kurangnya regulasi baik dari Pemerintah Pusat dan Daerah untuk menjaga bahasa daerah membuat bahasa daerah menglami kemunduran dan kepunahan. Bahasa daerah harus dilindungi dan dituturkan kepada generasi berikutnya. Jika bahasa daerah yang merupakan identitas hilang maka bisa dikatakan kematian kekayaan batin bagi kelompok etnis pemilik dan pengguna bahasa tersebut.          

Daftar pustaka
https://regional.kompas.com/read/2018/02/10/18293411/11-bahasa-daerah-di-indonesia-dinyatakan-punah-apa-saja

No comments:

Post a Comment