Sosiologi, Sejarah, Budaya, Politik dan Kebangsaan

Monday, April 13, 2020

Buku dan Bukti Kriminal


                Bangsa yang maju peradabanya dapat dilihat dari tingkat literasi penduduknya, oleh sebab itu banyak Negara di belahan dunia yang berlomba untuk menigkatkan minat baca penduduknya. Ada berbagai macam cara yang dilakukan oleh suatu Negara untuk menigkatkan minat baca penduduknya. Sebutlah Jepang, Negara dengan sebutan negeri Sakura merupakan Negara dengan peringkat terbaik dalam membaca (literasi). Jepang adalah contoh dari sederet Negara yang peduli terhadap minat baca penduduknya.
                Bagi pribadi kegiatan membaca memiliki dampak yang besar bagi kehidupan sehari-hari mulai dari tingkat sederhana sampai tingkat yang rumit. Ada banyak manfaat yang dapat kita peroleh dari membaca, mulai dari memiliki perbendaharan kata yang banyak, meringankan stres hingga menjauhkan resiko penyakit Alzheimer.
                Buku merupakan salah satu bahan bacaan yang lengkap, kamu bisa mendapatkan berbagai macam wawasan dari membaca buku. Buku memiliki berbagai macam jenis mulai dari yang fiksi, fantasi, sains, sosial dan masih banyak lagi. Seorang sastrawan kenamaan Indonesia, Pramoedya Ananta Toer pernah bilang bahwa:
      Jika kamu ingin mengenal Dunia, maka membacalah. Namun, jika kamu ingin dikenal dunia, maka menuslislah”
Kata-kata beliau telah jelas menggambarkan bahwa jika seorang ingin mengetahui dunia hanya perlu membaca. Karena dengan membaca kita telah dibawa secara tidak langsung untuk mengelilingi dunia, dan jika seorang ingin dikenal dunia maka menulislah. Hal ini juga berlaku bagi sebuah bangsa, jika sebuah bangsa ingin memiliki peradaban yang maju maka wajiblah bangsa itu untuk mendidik rakyatnya untuk membaca. Karena dengan membaca seorang akan memiliki rasa penasaran dan rasa penasaran akan memunculkan ide-ide kreatif.
Ide kreatif bisa memunculkan buku baru yang bermanfaat atau memunculkan sebuah penemuan untuk perkembangan teknologi ataupun yang lainya. Salah satu contoh dari bangsa yang mampu berubah pesat dari membaca buku adalah eropa. Eropa ketika zaman kegelapan tak banyak dari rakyatnya yang bisa membaca atau bisa dibilang buta huruf. Namun berkat buku-buku yang mereka peroleh dan mempelajarinya membuat masyarakat eropa bergerak kearah pencerahan yang di sebut dengan zaman renaissance. Zaman renaissance telah membawa eropa menuju kejayaan yang tak pernah terbanyangkan sebelumnya, bahkan hingga saat ini masih mendominasi sebagai Negara yang memiliki budaya membaca terbaik.
Perkembangan-perkembangan yang dialami oleh Negara-negara di Eropa karena buku dan kegemaran membaca telah membawanya mejadi Negara yang memiliki tingkat literasi yang tinggi. Dari sini kita tau betapa membaca dan buku memiliki dampak yang besar bagi peradaban umat manusia.
Berbeda dengan Indoenesia, jika di Negara laian membaca buku merupakan suatu yang wajib dan tidak ada larangan dalam membaca berbagai jenis buku. Namun di Indonesia ketika kamu membaca buku, berhati-hatilah. Karena kamu bisa dianggap sebagai seorang yang menyeleweng, kriminal, teroris bahkan bisa dianggap sebagai seoarang yang akan melakukan tindakan makar.
Di Indonesia sudah sering terjadi perampasan, penyitaan ataupun pembubaran diskusi-diskusi buku mapun yang lainya. Agak miris memang ketika kita mengetahui kenyataan tersbut, dimana kebanyakan Negara di dunia berlomba untuk meningkatkan minat baca rakyatanya sedang di Indonesia mereka yang membaca buku, dan berdiskusi tentang buku siap-siap untuk menjadi kriminal.
Memang benar tidak semua jenis buku yang di sita, hanya beberapa jenis yang dianggap membahayakan kedaulatan Negara saja yang dirampas. Namun yang lebih mengerikan adalah perampasan dan penyitaan buku hanya melihat sampulnya tanpa membaca isinya. Hal ini sangat mengecewakan. Pandangan-pandangan seperti ini hendaknya harus disingkirnkan, terlebih pada pandangan bahwa membaca buku kiri akan menjadikan pembacanya berhaluan extrim yang pada tujuan akhrinya ingin melakukan kegiatan makar.
Terlebih yang patut disayangkan adalah menjadikan buku sebagai barang bukti kriminal, hal ini sema sekali tidak rasional. Kalau membaca buku dianggap kriminal maka Penediri Bangsa Indoensia adalah seorang kriminal. Seperti yang diketahui baik itu Presiden Soekarno maupun Wakil Presiden Moh. Hatta adalah seorang yang gemar sekali membaca buku. Bahkan ketika Bung Hatta di asingkan oleh Belanda beliau meminta untuk di temani oleh buku-bukunya.
Tidak relevan apabila sebuah buku dijadikan sebagai barang bukti seorang melakukan kriminal, buku merupakan pembuka wawasan. Buku itu mencerdaskan tanpa buku tidak mungkin Presiden Soekarno, MOh. Hatta dan para pendiri bangsa Indonesia mampu melawan Belanda baik dalam perang Maupun dalam Diplomasi.

No comments:

Post a Comment