Bangsa
yang maju peradabanya dapat dilihat dari tingkat literasi penduduknya, oleh
sebab itu banyak Negara di belahan dunia yang berlomba untuk menigkatkan minat
baca penduduknya. Ada berbagai macam cara yang dilakukan oleh suatu Negara untuk
menigkatkan minat baca penduduknya. Sebutlah Jepang, Negara dengan sebutan
negeri Sakura merupakan Negara dengan peringkat terbaik dalam membaca (literasi).
Jepang adalah contoh dari sederet Negara yang peduli terhadap minat baca
penduduknya.
Bagi
pribadi kegiatan membaca memiliki dampak yang besar bagi kehidupan sehari-hari
mulai dari tingkat sederhana sampai tingkat yang rumit. Ada banyak manfaat yang
dapat kita peroleh dari membaca, mulai dari memiliki perbendaharan kata yang
banyak, meringankan stres hingga menjauhkan resiko penyakit Alzheimer.
Buku
merupakan salah satu bahan bacaan yang lengkap, kamu bisa mendapatkan berbagai
macam wawasan dari membaca buku. Buku memiliki berbagai macam jenis mulai dari
yang fiksi, fantasi, sains, sosial dan masih banyak lagi. Seorang sastrawan
kenamaan Indonesia, Pramoedya Ananta Toer pernah bilang bahwa:
“Jika kamu ingin mengenal Dunia, maka membacalah. Namun, jika kamu ingin
dikenal dunia, maka menuslislah”
Kata-kata
beliau telah jelas menggambarkan bahwa jika seorang ingin mengetahui dunia
hanya perlu membaca. Karena dengan membaca kita telah dibawa secara tidak
langsung untuk mengelilingi dunia, dan jika seorang ingin dikenal dunia maka
menulislah. Hal ini juga berlaku bagi sebuah bangsa, jika sebuah bangsa ingin
memiliki peradaban yang maju maka wajiblah bangsa itu untuk mendidik rakyatnya
untuk membaca. Karena dengan membaca seorang akan memiliki rasa penasaran dan
rasa penasaran akan memunculkan ide-ide kreatif.
Ide kreatif
bisa memunculkan buku baru yang bermanfaat atau memunculkan sebuah penemuan
untuk perkembangan teknologi ataupun yang lainya. Salah satu contoh dari bangsa
yang mampu berubah pesat dari membaca buku adalah eropa. Eropa ketika zaman
kegelapan tak banyak dari rakyatnya yang bisa membaca atau bisa dibilang buta
huruf. Namun berkat buku-buku yang mereka peroleh dan mempelajarinya membuat
masyarakat eropa bergerak kearah pencerahan yang di sebut dengan zaman renaissance.
Zaman renaissance telah membawa eropa menuju kejayaan yang tak pernah
terbanyangkan sebelumnya, bahkan hingga saat ini masih mendominasi sebagai Negara
yang memiliki budaya membaca terbaik.
Perkembangan-perkembangan
yang dialami oleh Negara-negara di Eropa karena buku dan kegemaran membaca
telah membawanya mejadi Negara yang memiliki tingkat literasi yang tinggi. Dari
sini kita tau betapa membaca dan buku memiliki dampak yang besar bagi peradaban
umat manusia.
Berbeda dengan
Indoenesia, jika di Negara laian membaca buku merupakan suatu yang wajib dan
tidak ada larangan dalam membaca berbagai jenis buku. Namun di Indonesia ketika
kamu membaca buku, berhati-hatilah. Karena kamu bisa dianggap sebagai seorang
yang menyeleweng, kriminal, teroris bahkan bisa dianggap sebagai seoarang yang
akan melakukan tindakan makar.
Di Indonesia
sudah sering terjadi perampasan, penyitaan ataupun pembubaran diskusi-diskusi
buku mapun yang lainya. Agak miris memang ketika kita mengetahui kenyataan
tersbut, dimana kebanyakan Negara di dunia berlomba untuk meningkatkan minat
baca rakyatanya sedang di Indonesia mereka yang membaca buku, dan berdiskusi
tentang buku siap-siap untuk menjadi kriminal.
Memang benar
tidak semua jenis buku yang di sita, hanya beberapa jenis yang dianggap
membahayakan kedaulatan Negara saja yang dirampas. Namun yang lebih mengerikan
adalah perampasan dan penyitaan buku hanya melihat sampulnya tanpa membaca
isinya. Hal ini sangat mengecewakan. Pandangan-pandangan seperti ini hendaknya
harus disingkirnkan, terlebih pada pandangan bahwa membaca buku kiri akan
menjadikan pembacanya berhaluan extrim yang pada tujuan akhrinya ingin
melakukan kegiatan makar.
Terlebih yang
patut disayangkan adalah menjadikan buku sebagai barang bukti kriminal, hal ini
sema sekali tidak rasional. Kalau membaca buku dianggap kriminal maka Penediri
Bangsa Indoensia adalah seorang kriminal. Seperti yang diketahui baik itu
Presiden Soekarno maupun Wakil Presiden Moh. Hatta adalah seorang yang gemar
sekali membaca buku. Bahkan ketika Bung Hatta di asingkan oleh Belanda beliau
meminta untuk di temani oleh buku-bukunya.
Tidak relevan
apabila sebuah buku dijadikan sebagai barang bukti seorang melakukan kriminal,
buku merupakan pembuka wawasan. Buku itu mencerdaskan tanpa buku tidak mungkin
Presiden Soekarno, MOh. Hatta dan para pendiri bangsa Indonesia mampu melawan
Belanda baik dalam perang Maupun dalam Diplomasi.
No comments:
Post a Comment