Beberapa
dekade terakhir masyarakat Indonesia khususnya para remaja telah di gandrungi
oleh budaya pop korea atau yang sering disebut dengan k-pop. Gandrungnya para
remaya Indonesia akan budaya k-pop bukanlah tanpa sebab, laki-laki berparas
ganteng dengan body proporsional dan perempuan berparas cantik nan sexy Ditambah
dengan kemampun menari modern (dance) serta pandai menyanyi menjadi daya tarik bagi
generasi muda Indonesia.
Secara historis
sebenarnya perihal kegandrungan masyrakat Indonesia terhadap budaya luar bisa
di lacak dari abad ke 4 Masehi. Hal ini tercatat pada prasasti yupa yang di
temukan di Kutai, Kalimantan Timur. Prasasti tersebut berhuruf pallawa dengan
bahasa sansekerta. Jika ditelusuri bahasa tersebut berasal dari India. Maka bisa
disimpulkan bahwa budaya asing pertama yang masuk ke Indnonesia dan berhasil di
catat adalah budaya yang berasal dari India.
Masyarakat Indonesia
yang sejak awal telah memiliki budaya tidak menolak datangnya budaya asing
tersebut. Bahkan bisa dikatakan terjadi akulturasi yang kuat antara budaya India
dengan budaya lokal Indonesia. Akulturasi tersebut menciptakan sebuah budaya
yang baru serta unik, artinya budaya tersebut memiliki ciri khas. Sebagai contoh
adalah berdirinya bangunan suci seperti candi Bodobudur, Prambanan, Sambi Sari
yang merupakan bangunan keagamaan miliki umat Hindu dan Buddha yang ada di Indonesia.
Akulturasi yang terjadi tidak hanya pada bangunan keagamaan namun juga mencakup
seni pertunjukan, seni musik serta banyak lagi.
Pada abad ke-12
Masehi masuklah budaya dan agama baru ke wilayah Indonesia yang bisa dikatakan
berbeda dengan budaya dari India. Budaya Islam yang di bawah dari tanah Arab
dan masyarakat berpenduduk muslim lainya juga melakukan akulturasi dengan
budaya yang telah berkembang di Indonesia. Catatan sejarah yang ada banyak yang
menyebutkan bahwa ketika budaya dan agama Islam masuk Ke wilayah Indonesia
mendapatkan perlakuan yang sama dengan budaya India ketika pertama kali masuk.
Budaya dan agama
Islam yang baru masuk tersebut bakan mampu menjadi mayoritas serta mendominasi
kebudayaan di Indonesia. Kebudayaan Islam mampu berkembang pesat karena
melakukan akulturasi dengan budaya yang telah ada dan menciptakan budayanya
sendiri. Sebagai contoh seni wayang dengan cerita epos Ramayana dan Mahabarata
di gubah sedemikian rupa hingga mampu merepesentasikan Islam. Akulturasi tidak berhenti pada seni namun juga
bangungan keagamaan, sebagai contoh adalah masjid agung kudus dimana menaranya
seperti bangunan candi serta atap masjid yang berbentuk tumpang.
Begitu masuk
masa kemerdekaan di era 1950-1960 budaya eropa terutama komik menjadi trend, keunikanya
sebagai gambar yang bercerita banyak di gandrungi oleh para remaja banhkan
orang dewasa sekalipun. Bahkan para komikus Indonesia banyak yang melakukan
plagiasi terhadap komik eropa dan amerika yang sedang menjadi trend di kalangan
pembacanya. Plagiasi yang dilakukan tidak semata-mata meniru 100% komik luar
tersebut, mungkin lebih tepatnya meng-Indonesia-kan komik tersebut agar sesuai
dengan budaya masyarakat Indonesia. Sebut saja komik sri asih dari R.A. Kosasih
yang terinspirasi dari komik wonder women amerika, dengan suntuhan tangan R.A
Kosasih wonder women di gubah sedemikan rupa seperti mengunakan pakain kemben
berkebaya sehingga mencerminakan budaya masyarakat Indonesia khususnya Jawa.
Bukan suatu yang
baru lagi jika bangsa Indonesia selalu tertarik dengan budaya luar, karena
memang sudah sejak dulu masyarakat Indonesia selalu tertarik dengan budaya
asing. Bahkan menjadikan budaya asing tersebut sebagai budayanya sendiri dengan
sentuhan-sentuahan yang khas. Maka ketika saat ini ada budaya yang masuk ke Indonesia
dan digandrungi oleh sebagaian kalangan anak muda bukanlah suatu yang
mengherankan. namun yang jadi menarik bangsa Indonesia selalu mengalkulturasi
budaya baru yang mereka dapat dengan budaya yang telah mengakar dengan
kehidupanya. Walau tak jarang budaya lokal sering hilang digantikan dengan
budaya yang baru diperoleh.
Sebagai
catatan keinginan seorang untuk mempelajari budaya asing tidak harus ditentang
atau di bully. Hal tersebut merupakan sebuah kewajaran, mengingat naluri
manusia yang selalu ingin tahu dan memiliki rasa penasaran yang tinggi akan
suatu hal baru dan belum di ketahui.
No comments:
Post a Comment